Meja roti sajian merupakan bagian dari perlengkapan ibadah di dalam kemah suci yang melambangkan kehangatan relasi antara TUHAN dengan umat-Nya. Di atas meja inilah diletakkan berbagai makanan simbol pembebasan dan inisiatuf kasih TUHAN yang telah mereka rasakan pada saat Ia membebaskan orang Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Berdasarkan deskripsi yang tertera pada Imamat 24:5-9 sudah tergambarkan dengan jelas mengenai fungsi dari roti sajian yang ditaruh di atas meja ini, bahwa meja ini akan selalu digunakan secara khusus pada saat merayakan Sabat.
Segala pertauran mengenai penggunaan roti sajian dalam tradisi Yudaisme kuno ini pula yang menjadi polemik pada saat para pengikut Daud memakan roti tersebut. Di dalam Matius 12:1-8 terjadi perbedaan pendapat antara para pemuka agara Yahudi dengan Yesus beserta para muridnya yang pada saat itu memetik dan memakan gandum pada hari sabat. Yesus mengutip tindakan Daud beserta para pengikutnya yang memakan roti sajian sebagai penegasan atas dinamisnya proses menjalankan kehidupan beragama. Bagi Yesus, seluruh peraturan itu tidak semestinya menjadi penghambat bagi manusia untuk mengalami hubungan yang semakin intim dengan TUHAN. Lagi pula, pada saat itulah Ia sedang menegaskan identitas-Nya secara tidak langsung sebagai Roti Hidup yang membawa kehidupan bagi dunia.
Melalui kehadiran meja Roti Sajian, TUHAN sedang mendidik kehidupan iman orang Israel untuk mengenal tentang konsep kebergantungan hidup kepada-Nya. meja dan roti itu memang bersifat materi, namun semua itu merupakan simbol atas sumber kehidupan yang didapatkan hanya di dalam, melalui dan dari Diri-Nya. Oleh sebab itu, tidak selayaknyalah bagi seluruh umat untuk memiliki pemahaman yang tertutup atas seluruh kehadiran peralatan peribadahan di dalam Kemah Suci. Biarlah hati dan pikiran kita selalu siap untuk menyambut dan menikmati sang Roti Hidup.