Dalam keadaan yang penuh masalah, Ayub jujur bergumul di hadapan Tuhan. Dengan keyakinan yang penuh dia mempertahankan bahwa dirinya tidak bersalah bahkan sampai bersumpah bahwa selama dia hidup dia tidak akan melakukan kecurangan. Sungguh teguh keyakinan dan pendirian Ayub walaupun sebagai manusia biasa dia juga bergulat dengan serangkaian emosi yang wajar. Kita mendapati ada dinamika emosi seperti kemarahan, ratapan, keteguhan hati, komitmen, dan pengabdian iman.
Sahabat Alkitab, apa yang dilakukan Ayub tentu akan sangat berbeda dengan yang akan dilakukan orang fasik. Mereka yang tenggelam dalam perbuatan melawan perintah Tuhan tentu tidak akan dapat membela dirinya sendiri di hadapan murka Tuhan. Hal ini sesuai dengan keyakinan Ayub bahwa orang durhaka akan dihabisi Tuhan. Mungkin saja saat ini orang-orang durhaka masih bisa bersenang-senang, namun akan tiba masanya di mana mereka tidak bisa lagi tertawa, dan keturunannya akan mengalami penderitaan.
Setelah membaca bagian bacaan ini, bagaimana dengan kita? Masihkah kita berani melakukan hal-hal yang melawan perintah Tuhan? Akankah kita terus mempertahankan perilaku-perilaku curang dalam kehidupan yang fana ini atau terus memperkaya diri sendiri tanpa memperhatikan dan mengasihi orang-orang di sekitar kita? Mari kembali kita merenungkan sejauh ini kita berada di posisi yang mana. Apakah kita masih berlaku seperti orang fasik atau kita sudah mampu mempertahankan kebenaran dan iman kita seperti Ayub? Tuhan Menolong kita.
Salam Alkitab Untuk Semua.