Dialog antara Abraham dengan TUHAN terkait apa yang akan terjadi terhadap kota Sodom-Gomora pun semakin intens. Sekilas dialog di antara keduanya merupakan bentuk negosiasi, khususnya dari Abraham terhadap TUHAN mengenai masa depan kota tersebut. Nampkanya, Abraham telah mengetahui keputusan TUHAN terkait perilaku masyarkat Sodom-Gomora, yaitu pemusnahan atau pelenyapan. Terdapat beberapa motif yang dapat kita duga melatar-belakangi tindakan ‘negosiasi’ Abraham, yakni: pertama, Abraham sedang berusaha menyelamatkan hidup Lot yang hidup di sana; kedua, Abraham tahu bahwa TUHAN adalah pengasih sehingga ia pun berusaha menghadirkan karakter itu; ketiga, Abraham sedang berusaha mencari dasar yang menentukan masa depan kota Sodom-Gomora, apakah orang benar atau orang jahat. Meski tidak ditampilkan secara naratif, semua motif itu bisa saja benar-benar muncul dan melatarbelakangi ‘negosiasi’ Abraham kepada TUHAN. Hal yang pasti di dalam ayat 26-33 ini adalah kesediaan TUHAN untuk mengampuni kota Sodom-Gomora asalkan ada orang benar di dalamnya, entah berjumlah 50 maupun 10.
Kesediaan TUHAN untuk membatalkan tindakan pemusnahan terhadap kota tersebut bukan menjadi indikator plin-plannya keputusan TUHAN, melainkan sebuah cara untuk mengajarkan kepada Abraham, dan juga kita di masa sekarang, mengenai nilai keberadaan orang yang hidup benar di hadapan TUHAN. Orang benar, meskipun minim secara jumlah, tetap akan bernilai dan berdampak bagi lingkungan dimana ia hidup. Keberadaan mereka mendatangkan harapan akan hadirnya perubahan baik di tengah situasi yang gelap. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan di tengah kondisi yang tidak adil bagi warga kulit hitam di Amerika Serikat era 1950an, Marthin Luther King, Jr berkata, “Diamnya orang-orang benar jauh lebih berbahaya daripada kebrutalan orang jahat.”
Sahabat Alkitab, firman TUHAN ini semestinya sudah cukup bagi kita untuk menghadirkan diri di tengah lingkungan. Setiap kita, anda dan saya, perlu menghadirkan transformasi dan pengharapan akan adanya nilai kebenaran dan keadilan. TUHAN menginginkan kita untuk tidak hanya menjadi orang benar bagi diri sendiri, tetapi juga mewujudkan dampak dimana pun kita hidup. Dampak itu perlu menjadi nyata, mulai dari keluarga kita, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, hingga lingkungan bermasyarakat. Inilah misi yang kita miliki sebagai orang percaya kepada TUHAN, Sang Sumber kebenaran yang sejati!
Salam Alkitab Untuk Semua