Nampaknya, Paulus menyadari bahwa sebagai pemimpin jemaat ia memiliki peran dan dampak yang sangat besar terhadap seluruh komunitas iman yang ia layani, termasuk jemaat di Galatia. Di tengah kondisi yang demikian, cara pandang dan prinsipnya akan sangat berpengaruh terhadap respons yang ia berikan terhadap posisi penting yang ada pada dirinya. Paulus dapat menyikapinya dalam kesombongan atau kerendahan hati. Ia pun memilih untuk menjalani perannya dalam kerendahan hati dengan kesadaran bahwa seluruh perjalanan hidup dan setiap karya pelayanan yang ia lakukan beralaskan pengorbanan Kristus yang tanpa syarat. Paulus menyadari bahwa tidak ada alasan baginya untuk bermegah atas setiap pelayanan yang ia kerjakan demi kepuasan apalagi kemuliaan dirinya sendiri. Hal ini perlu Paulus tegaskan, bukan sebagai wujud kesombongan kepada jemaat melainkan sebagai penekanan perbedaan orientasi iman antara Paulus dengan pihak-pihak yang berupaya mengalihkan pandangan iman jemaat.
Sahabat Alkitab, kerendahan hati dalam beriman menjadi faktor yang akan membawa kita untuk terus mengalami pertumbuhan di dalam Tuhan. Hal ini pun sangat berkaitan dengan nilai permenungan yang sudah kita resapi pada bagian sebelumnya, yakni mengenai kepalsuan dalam beriman yang menjadi jerat bagi umat Tuhan. Pada saat ini kita pun diajak untuk mengembangkan kualitas beriman yang dibangun dengan kerendahan hati. Artinya, kita mengimani bahwa seluruh perjalanan hidup dan pertumbuhan iman yang kita alami merupakan anugerah dari kasih Tuhan, bukan karena kemampuan diri sendiri. Kita tidak memiliki alasan apa pun untuk bersikap angkuh dalam beriman, apalagi hingga merendahkan orang lain. Menjalani hidup beriman dengan kerendahan hati dapat menolong kita untuk terus terarah secara terang-benderang kepada Tuhan. Kerendahan hati dalam beriman juga tidak akan membuat kita melakukan penghakiman kualitas iman terhadap orang lain.