Pada masa sekarang bukan lagi sesuatu yang sulit untuk menemukan ketidakadilan yang merajalela. Bahkan, situasinya tidak lagi muncul dalam keremangan, melainkan terjadi pada saat terang-benderang. Artinya, sudah banyak orang yang melakukan ketidakadilan di hadapan orang lain yang justru memilih diam terhadapnya. Alhasil, ketidakadilan pun semakin merajalela, muncul di beragam bidang kehidupan dan telah menjadi penyakit yang menggerogoti moralitas manusia. Mungkin saja, ada orang yang mengeluhkan hal tersebut dan menyalahkan manusia-manusia jahat. Padalah, aspek lain yang juga tak kalah berperan besar adalah diamnya suara-suara dari orang-orang yang masih sanggup menilai baik-tidak baiknya, adil-tidak adilnya sebuah peristiwa. Kebungkaman kebaikan itulah yang turut memberi andil terhadap suburnya ketidakadilan.
Paulus juga mengingatkan jemaat bahwa kejahatan selalu mencari celah dan muncul di tengah pengetahuan kita terhadap kebaikan. Dengan kata lain, kejahatan terus berupaya menggerogoti komitmen seseorang untuk mengabdikan nilai kebaikan melalui daya tariknya untuk menikmati kejahatan. Pada hari kemarin kita sudah merenungkan pesan firman Tuhan mengenai pentingnya menindaklanjuti pengetahuan tentang nilai-nilai firman Tuhan menjadi kenyataan dalam hidup keseharian. Hal tersebut sangat relevan dengan pesan yang juga muncul pada hari ini, yakni membiarkan nilai-nilai firman Tuhan berdiam sebatas konsep hanya akan menciptakan celah bagi hadirnya wujud kejahatan. Itulah mengapa, setiap umat Tuhan memiliki tanggung jawab iman yang besar sebagai manusia-manusia yang mendapatkan akses terhadap pesan-pesan firman Tuhan.
Kita tidak semestinya membiarkan pesan-pesan tersebut membatu dalam pendengaran dan hanyut dalam kenangan. Alhasil, semua potensi dari pesan firman tersebut tidak kita upayakan dalam keseharian hingga menjadi celah bagi munculnya beragam tindakan kejahatan, entah yang kita lakukan maupun orang lain hadirkan.