Bagi Paulus menjalani hidup di dunia ini adalah kesempatan untuk mengejawantahkan imannya kepada Kristus. Meski ada banyak hal yang tidak menyenangkan harus ia alami demi memenuhi panggilan imannya sebagai pemberita injil, namun Paulus tetap setia untuk menjalaninya. Itulah mengapa, Paulus mengeluarkan sebuah pernyataan iman yang begitu totalitas yakni, “Sesungguhnya, bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Paulus telah membagikan sebuah prinsip hidup sebagai pekerja injil Kristus yang secara sungguh-sungguh mengabdikan pikiran dan hatinya hanya kepada Kristus.
Bagi Paulus mati kemudian meninggalkan dunia maupun hidup di dunia merupakan akses untuk mengarahkan dirinya kepada Kristus. Persoalannya adalah perbedaan pengalaman atau peristiwa. Selama Paulus masih hidup di dunia, ia mengamini bahwa semua itu adalah kesempatan untuk berkarya bagi Kristus. Sedangkan, pada saat ia mati kemudian meninggalkan dunia, ia mengamini bahwa itulah waktu untuk tinggal bersama Kristus. Artinya, keduanya tidaklah menimbulkan kerugian bagi Paulus.
Sikap iman Paulus terkait hidup dan mati merupakan contoh totalitas iman seorang pengikut Kristus yang tidak bersungut-sungut dalam mejalani hidup. Ada kalanya seseorang ingin menyerah dalam menghadapi kenyataan hidup dengan segala tekanan yang ada. Namun, permenungan firman TUHAN pada hari ini telah mengajak kita untuk kembali memaknai bahwa setiap waktu yang kita miliki untuk hidup di dunia ini merupakan kesempatan untuk mewujudkan iman dalam berbagai ruang kehidupan yang kita miliki. Persoalannya adalah apakah kita mau mengarahkan seluruh hidup ini hanya kepada Kristus? Atau, jangan-jangan kita masih dengan sangat mudah menggeser posisi Kristus ke pinggiran perhatian hidup kita demi hal lain yang kita inginkan?