Pemahaman akan kasih dan keadilan Allah seharusnya berjalan secara berimbang. Seringkali kita begitu terhanyut pada keyakinan akan Tuhan yang adil dan pengasih. Menganggap bahwa Tuhan pasti akan mengampuni kita, apapun dosa serta kesalahan yang kita perbuat. Padahal di saat yang sama Ia adalah Tuhan yang juga menghendaki keadilan atas umat-Nya. Konsekuensi atas tindakan umat yang melawan ketetapan Allah menjadi bagi dari pernyataan keadilan-Nya.
Inilah yang ditunjukkan dalam bacaan kita kali ini. Pemazmur hendak mengingatkan umat atas keadilan Allah yang dinyatakan untuk mendidik mereka yang tersesat dalam pemberontakan kepada Allah. Israel diserahkan kepada tangan bangsa-bangsa yang selama ini menjadi musuh mereka. Penindasan datang dari mereka sehingga membuat umat menderita. Situasi ini mungkin merujuk kepada pembuangan ke Babel yang dialami oleh Israel. Pemazmur menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi yakni karena Allah telah berulang kali menolong serta melepaskan mereka dari bahaya, tetapi umat-Nya tetap memberontak kepada Tuhan. Mereka tenggelam dalam kesalahan.
Meskipun demikian Allah tidak meninggalkan mereka. Ia tetap menilik kesusahan mereka (ay. 44). Semuanya itu Allah kerjakan berdasarkan perjanjian yang telah ditetapkan antara Allah dengan umat-Nya. Salah satu yang dikerjakan Allah adalah menggerakkan hati para penindas agar berbelaskasihan (ay. 46). Hal tersebut menunjukkan bahwa kasih karunia Allah tetap bekerja dalam segala situasi yang tengah dialami oleh umat.
Sahabat Alkitab, marilah kita tunduk kepada kasih dan ketetapan Allah. Jangan sepelekan perintah-Nya, karena Tuhan adalah Allah yang Maha Adil. Ia memang Tuhan yang penuh kasih, tetapi Ia juga Allah yang menegakkan keadilan-Nya. Tuhan menginginkan agar umat-Nya dapat belajar dari segala situasi yang dihadirkan-Nya. Maka marilah kita setia terhadap kasih dan didikan Tuhan.

























