Sebagai murid dari Gamaliel, Paulus jelas adalah seorang yang sangat terpelajar, terutama soal agama Yahudi, ia adalah seorang Farisi. Namun dalam pemberitaan Injil yang ia lakukan, ia tidak melakukannya dengan kebijaksanaan dunia (ay. 1), tidak juga dengan kata-kata yang muluk-muluk. Ia juga tidak berusaha memikat mereka dengan bujukan melalui perkataan yang penuh retorika, logika, dan pengetahuan dunia. Ia sepenuhnya menggantungkan pemberitaan Injil pada kuasa dan hikmat dari Allah.
Sahabat Alkitab, berita Injil harus disampaikan dengan kebergantungan penuh kepada Allah dalam kuasa Roh Kudus. Ini tidak berarti bahwa kita meninggalkan sama sekali pengetahuan kita, sebab itu pun datangnya dari Allah. Maksudnya adalah tidak menambahkan pada berita itu hikmat, pengetahuan, dan logika yang sama sekali tidak berasal dari berita Injil itu sendiri. Tidak juga menyampaikan dengan bergantung pada kemampuan beretorika yang membuat pendengar kagum. Dalam kita menyampaikan firman Tuhan kepada sesama hendaklah kita melakukannya dengan hati yang murni dan memohon pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus akan bekerja dalam pemberitaan kita dengan kuasa-Nya yang sanggup mengubahkan hati manusia tanpa perlu kita memaksa, membujuk, merayu-rayu agar orang percaya kepada Kristus. Firman Tuhan itu cukup dan sangat berkuasa untuk membawa manusia kepada Kristus. "Berita lain" berupa kata-kata bijak manusia tidak perlu ditambahkan ke dalamnya.
Kebergantungan kita sepenuhnya kepada kuasa Allah dalam memberitakan Injil kepada dunia adalah mutlak diperlukan.
Salam Alkitab Untuk Semua