Terdapat sebuah frasa yang cukup umum beredar, yaitu ‘Penyesalahan selalu datang belakangan’ untuk menekankan tentang hasil dari ketidakmapanan persiapan seseorang dalam melakukan sesuatu atau mengambil keputusan. Memang manusia tidak dapat memastikan berbagai hal dapat terjadi sesuai dengan pertimbangan dan perkiraannya. Namun, paling tidak terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan manusia secara maksimal demi meminimalkan kemungkinan munculnya sebuah penyesalaha, yakni mempertimbangkan segala hal yang berkaitan dengan keputusan, alasan pengambilan keptusan dan dampak yang ditimbulkannya. Namun, berdasarkan perikop hari ini kita juga menemukan sebuah pembelajaran mengenai kemunculan sebuah penyesalan pada diri seorang manusia, yaitu ketiadaan ketulusan.
Di dalam perikop ini kita memang mendapati adanya peran TUHAN yang membuat hati Firau kembali berkeras untuk menguasai kembali bangsa Israel. Narasi itu merupakan bentuk penulisan yang ingin menegaskan mengenai kemahakuasaan dan kedaulatan TUHAN atas segala hal, termasuk pada diri Firaun yang mengklaim memiliki kendali penuh atas bangsa Israel yang sedang diselamatkan oleh TUHAN. Itulah sebabnya, Firaun menyesali keputusannya yang telah membiarkan bangsa Israel pergi dari tanah Mesir. Ia berkata, “Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?” Di dalam penyesalan yang sudah berujung kepada kemarahan dan kebencian, Firaun pun mengejar bangsa Israel dengan membawa segala kekuatan militer yang ia miliki. Semua itu terjadi karena Firaun memang tidak memiliki ketulusan pada saat ia membiarkan bangsa Israel keluar dari Mesir. Ketidaktulusan itu pula yang selalu menjadi jerat bagi setiap pengambilan keputusannya, mulai dari tulah pertama hingga tulah kesepuluh, bahkan hingga kini ia mengejar bangsa Israel yang telah keluar dari Mesir.
Sahabat Alkitab, penyesalan memang bisa terjadi melalui ketidakmatangan persiapan dan pertimbangan dalam melakukan atau mengambil sebuah keputusan. Namun, selain itu ketulusan juga menjadi faktor yang akan memengaruhi apakah seseorang menyesali keputusannya tersebut atau tidak, secara khusus pada saat keputusan atau tindakan tersebut ditujukan bagi orang lain, misalnya memberikan pertolongan. Sebuah pertolongan yang tidak dilandasi ketulusan akan sangat mungkin menghadirkan penyesalahan. Segala hal yang akan terjadi kelak sangat dapat dijadikan alasan untuk menyesal. Oleh sebab itu, ketulusan sangat diperlukan dalam setiap tindakan agar meminimalkan munculnya penyesalan atas langkah yang telah kita putuskan.