Setelah lebih dari 5000 orang menyaksikan dan turut bersukacita atas mujizat yang baru dikerjakan oleh Tuhan Yesus, kini mereka pulang dan para murid pun diminta oleh Yesus untuk pergi berangkat mendahuluinya ke Betsaida mengunakan perahu. Sementara itu Tuhan Yesus menuju bukit untuk berdoa.
Ternyata perjalanan para murid tidak berjalan baik, perahu yang mereka tumpangi terombang ambing karena terjadi angin sakal atau angin bertiup berlawanan dengan arah perahu. Kondisi ini membuat para murid panik dan ketakutan. Sementara itu dari kejauhan Tuhan Yesus melihat para murid yang kesusahan mengendalikan perahunya, lalu Ia menghampiri mereka dengan cara berjalan di atas air. Hal ini membuat murid terkejut dan ketakutan karena mengira Ia adalah hantu. Namun Tuhan Yesus mengatakan, “Tenanglah, ini Aku; jangan takut! Maka angin pun reda.
Sahabat Alkitab, perintah Tuhan Yesus agar para murid pergi mendahului memberikan waktu baginya untuk menyendiri dan berdoa. Namun perhatiannya kepada para murid tidak berkurang. Dari kejauhan ia dapat melihat para murid yang kesusahan menghadapi angin kencang, dan ia segera menolong mereka. Tuhan Yesus tidak membiarkan para murid menghadapi kesusahan sendiri, Ia datang untuk menolong mereka mengatasi permasalahan. Bukankah kita pun sering mengalami hal serupa? Ketika kesulitan datang kita justru panik dan berusaha menyelesaikan sendiri, padahal tidak pernah sekalipun Tuhan Yesus membiarkan kita sendiri menghadapi semuanya.
Ia yang berjalan di atas air melambangkan keluasan cara Tuhan dalam menyapa dan merengkuh kita. Bahkan dalam situasi yang tidak terbayangkan sekalipun pertolongan-Nya tetap nyata dan dapat kita rasakan. Keputusasaan serta ketakutan kita seringkali lahir dari “pembatasan” kita akan keluasan karya kasih Allah. Kita mengira bahwa hanya tindakan “A” yang dapat menolong kita, padahal Ia dapat dan mampu untuk mengerjakan hal “B-Z” untuk menolong kita. Maka marilah kita berdoa, kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk selalu melihat bukti nyata pertolongan-Nya.