Dalam beberapa tahun terakhir, percakapan tentang kesehatan mental semakin mendapatkan perhatian serius. Semakin banyak orang yang berani mengakui bahwa mereka bergumul dengan kecemasan, kelelahan batin, burnout, bahkan luka batin. Di antara mereka ada yang hidup dengan menampilkan diri sebagai sosok yang kuat, tetapi di dalamnya menyimpan keletihan yang mendalam. Mereka letih mempertahankan hidup di tengah realitas sosial yang tidak selalu adil. Di balik senyuman yang tampak tegar, terdengar bisikan hati, “Aku lelah… Di mana aku bisa menemukan kekuatan untuk bertahan?” Kesadaran ini membuka mata kita bahwa manusia tidak hanya membutuhkan solusi praktis, tetapi juga fondasi iman yang kokoh, tempat berpegang ketika yang lain mulai goyah.
Suara pemazmur dalam Mazmur 119:137-152 lahir dari ruang batin yang sama. Ia mengakui bahwa Tuhan itu adil dan Taurat-Nya benar. Keadilan Tuhan bukanlah ide abstrak, melainkan realitas yang menopang ketika struktur keadilan dunia mulai runtuh. Namun pemazmur tetap jujur dengan kelemahannya: ia merasa kecil, rapuh, dan kehabisan tenaga. Cinta pada firman Tuhan tidak serta merta menghilangkan pergumulannya. Dari ruang ketidakberdayaan itulah, ia memohon pengertian, ia tahu bahwa kekuatan sejati akan datang dari hikmat Tuhan yang senantiasa menuntunnya.
Seruan pemazmur semakin kuat dikala ancaman semakin mendekat. Ia berseru sebelum fajar, saat kegelapan belum tersingkap. Dalam seruannya itu, ia menemukan kekuatan karena Tuhan dekat. Kedekatan ini bukan sekadar perasaan, tetapi keyakinan iman, bahwa ketika musuh mendekat, Tuhan lebih dekat lagi. Iman adalah keberanian mempercayai Tuhan bahkan ketika kita tidak mengerti jalan-Nya. Itulah yang dialami pemazmur: ketika keadilan manusia rapuh, ia bersandar pada keadilan Tuhan; ketika kekuatannya habis, ia bertumpu pada firman-Nya; dan ketika ancaman datang, ia berdiri pada janji bahwa Tuhan dekat.
Sahabat Alkitab, mungkin kita juga sedang berada di titik yang sama: letih menjaga integritas ketika dunia memilih jalan pintas; letih mencintai kebenaran ketika kepalsuan tampak lebih mudah; letih berharap ketika keadilan rasanya terus tertunda. Namun mazmur hari ini menyapa kita dengan lembut, mengingatkan bahwa Tuhan ada di dekat kita, Firman-Nya tetap, dan keadilan-Nya senantiasa memberi kekuatan.
























